Mama, adalah satu dari sejumlah alasan saya untuk bertahan
hidup. Puji Tuhan, di umur yang sudah sampai seperti ini, saya masih bisa merasakan kasih
sayang Mama. Di saat beberapa teman saya sudah kehilangan sosok Ibu, saya masih
diberikan kesempatan untuk bisa bersama-sama dengan Mama.
Mama, orangnya cantik. Dia punya bentuk tubuh yang tidak
pendek-pendek amat. Wajahnya tirus, hidungnya kecil, dan punya kulit yang
putih. Secara keseluruhan, Mama cantik. Apalagi di usianya yang sudah menginjak
hampir setengah abad, Mama tidak
mengalami obesitas seperti layaknya Ibu-ibu yang lain. Mama, punya tulang
punggung yang tegap, ukuran kaki panjang, dan uniknya, bentuk kuku-kuku di
jari-jari Mama berbentuk kotak, saya pernah perhatikan hanya beberapa orang
saja yang mempunyai bentuk kuku kotak-kotak (umumnya bulat atau lonjong)
dan ini jelas diturunkan dari Kakek,
Ayahnya Mama. Kakek orangnya tinggi, matanya sendu tapi sipit, wajahnya tirus,
punya garis rahang yang sangat jelas, dan ukuran kakinya mungkin 43. Dan ya,
ciri-ciri fisik ini jelas banyak diturunkan kepada kami, cucu-cucunya. Saya dan
saudara-saudara saya (semuanya cowok) mempunyai tinggi yang lebih dibanding
ukuran rata-rata suku Nias pada umumnya. Saya 164cm, brothers semuanya diatas
175cm, kaki panjang, dan tulang punggung yang panjang juga. Copian wajah Kakek
sangat jelas terlihat pada adikku, namanya Bimbo. Dia banyak mendapat jatah
kemiripan dari Kakek.
Dibanding adik saya, saya mendapat sedikit sekali bagian
ciri-ciri Mama yang diturunkan. Saya malah punya wajah bulat, pipi tembem, alis
yang melengkung, dan bibir yang jauh lebih tipis dari Mama. Saya lebih mirip
Bapak saya. Bapak punya wajah bulat, alis melengkung, dahi lebar karena rambut
bagian atas sedikit sekali yang tumbuh, dan punya lesung pipi, 2 disebelah
kanan dan 1 disebelah kiri. Sama seperti saya, saya mendapat jatah itu juga.
Beruntungnya, saya mewarisi kulit Mama yang putih langsat dan kuku kotak-kotak
uniknya.
Selain ciri-ciri fisik tersebut diatas, Mama adalah sosok
yang sangat mempedulikan penampilan. Mama fashionable, ya itulah. Mama memang
terlihat dan mau terlihat berbeda. Selain itu, ciri khas yang sangat kentara
dari Mama adalah KEKUATANNYA. Mama sangat kuat, itu benar. Mama bisa melakukan
semua pekerjaan. Bahkan yang kita pikirkan seyogyanya dilakukan oleh laki-laki.
Saya kadang heran, dari mana Mama mendapat kekuatan super seperti itu. Memasak,
mencuci, mengurus Bapak dan Anna, mengurus rumah dan Nenek yang sudah renta,
kemudian memberi makan ternak, lanjut dengan mengurus kebun. Saking kuatnya,
Mama masih bisa mengangkat galon air. Hal yang sampai sekarang tak pernah bisa
aku lakukan. Saya pernah bertanya, “Mama
kok bisa sekuat itu?” Dengan entengnya Mama menjawab “sudah biasa, dari kecil terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan berat”
Mama memang belum menamatkan SD. Tapi beliau jago menghitung
dan ....membaca situasi. Karena belum tamat SD, Mama sering sekali rendah diri.
Pernah pada saat saya wisuda, rendah dirinya Mama meningkat 300%. Sampai-sampai
tidak mau ikut acaranya. Katanya “ Mama
malu, mungkin cuma Mama yang tidak punya pendidikan layak, Mama pasti malu”.
Akhirnya setelah diyakinkan, Mama akhirnya setuju. Dan menurut pengakuannya,
Mama yang malah gemetaran pas namaku disebut sebagai wisudawan dan juga sebagai
wisudawan berprestasi. Katanya, rasanya jantungnya mau meleleh.
Selain itu, Mama mungkin adalah orangtua yang selalu KUATIR.
Mama suka sekali kuatir. Bahkan menurutku, kuatirnya Mama sudah masuk taraf
lebay. Mama kuatir pada hal-hal yang tidak masuk akal. Misalnya, Mama kuatir
pada saat hujan, rumah akan rubuh. Pada saat petir bersahut-sahutan Mama takut
televisi meledak, lantai retak, atap terbagi dua. Pada saat handphonenya hang,
Mama takut sudah rusak total, atau ketika FPI melakukan aksi anarkisnya, Mama
menelpon berkali-kali hanya untuk memastikan anak-anaknya baik-baik saja.
Padahal aksi anarkis bukan di daerah Medan. Mama juga takut sekali
ditinggalkan, oleh karena itu beliau sering mengucapkan kalimat-kalimat
misalnya “ nanti kalo kalian sudah tamat,
udah kerja, udah kaya, pasti ga ingat Mama kan? Nanti Mama kalo udah tua pasti
diusir dari rumah, iya kan??” Ada-ada saja..
Di samping itu, Mama juga kuatir sekali tentang anak-anaknya.
Pada saat saya harus opname di RS karena penyakit maag, Mama yang
nangis-nangis. Ketika saya mau sidang skripsi, Mama minta saya didoakan sama
satu kampung, ketika mendengar kabar berat badan Adikku Bimbo turun, Mama
mengusahakan segenap tenaga dan pikiran untuk mengirimkan telur ayam kampung,
uang, dan segala sesuatu yang bisa dimakan ke Medan. Luar biasa..
Meskipun begitu, saya sangat menyayangi Mama. Mama mampu menyeimbangi
Bapak yang cenderung pendiam. Dan demi anak-anaknya, Mama rela melakukan apapun
untuk mengumpulkan uang, menyimpan, dan sesekali mengirim diam-diam kalau
anaknya korupsi sejumlah uang dengan sengaja. Mama bukan tipe yang mau
memanjakan anak-anaknya, tapi beliau selalu melakukan yang terbaik yang bisa
dilakukan untuk anak-anaknya. Karena itulah, saya juga mempunyai keinginan yang
sama pada akhirnya. Ingin menjadi yang terbaik juga untuk Mama kelak.
Nink Telaumbanua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar