Apa yang kamu pikirkan tentang foto prewedding?
Foto mesra dengan calon pasangan, properti pernikahan yang wajib ada, atau mungkin hal yang ga begitu penting?
Kalau buatku, itu sangat penting.
Sangat penting, sampai saat ini (masih belum tahu kapan merid nya walo udah tunangan pun) udah sibuk wara wiri nanya jasa foto yang bagus, persiapkan budget khusus, sampai kontak sama fotografer yang 'sekiranya' memenuhi impian foto prewedding.
Segitu pentingnya foto itu sehingga banyak banget orang disekitarku (psst termasuk si calon ) sudah mulai gerah dan mengatakan aku lebay. -_______-
Tapi buatku itu sama sekali tidak berlebihan. Karena tentu saja aku punya alasan di baliknya.
Aku berpikiran bahwa sebuah momen layaknya pernikahan yang sekali seumur hidup harus diberi penghargaan. Penghargaan yang memorable. Aku menyesali orangtuaku sama sekali tidak memiliki foto pernikahan. Dan menyesali mengapa mereka sama sekali tidak berpikiran untuk membuat foto keluarga sewaktu kami masih kecil.Aku, abang dan kedua adik-adikku memiliki masing-masing satu foto masa kecil yang kondisinya sudah memprihatinkan. Bahkan wajah kami pun sudah susah dikenali.Dulu aku berharap setidaknya kami punya beberapa foto masa kecil yang mampu 'mengulang" waktu tentang masa kecil kami. Dan itu tidak pernah terjadi, sayangnya.
Sejak itu aku berniat kalau aku harus punya foto pernikahan, foto kehamilan, foto baby, atau apapun yang bisa di wariskan ke anak cucu kelak. Pernah mendengar quote yang mengatakan sebuah gambar dapat berbicara lebih banyak daripada kata-kata? Foto mungkin terlihat biasa saja, tapi tidak dengan maknanya bukan?
Senin, 15 Desember 2014
Minggu, 14 Desember 2014
Hidup Terasa Flat
Baiklah,
akhirnya harus aku akui bahwa.. hidupku setahun belakangan ini menjadi sangat FLAT. Flat karena aku menganggap sebenarnya banyak hal yang sudah aku lakukan,dari pagi ke siang hingga malam, dari Senin hingga Jumat, (bahkan Sabtu pun). Kerja.. yup.
Pekerjaanku membuatku kadang harus melupakan bahwa sudah berminggu-minggu tidak melihat orangtuaku, setahun belakangan tidak berminat untuk ngeblog atau sekedar membaca buku, 6 bulan terakhir tidak go shopping grab some new shoes (TETEP!!), melupakan hobby lama yakni Crafting, sudah tidak pernah travelling, melupakan anak-anak Sekolah Mingguku dan yaa... bener-bener tidak ada waktu untuk sekedar jalan-jalan sore atau memasak makanan kesukaan si abang.. Ahh bagian ini tidak termaafkan.
Dan ya,
Aku seperti terlalu banyak bekerja, terlalu banyak berpikir, terlalu banyak menghabiskan waktu tanpa menyadari bahwa aku sebenarnya juga tidak sama sekali telah melakukan banyak hal. Aku bangun pagi menyiapkan diri bekerja sampai larut dan pulang ke rumah, makan dan istirahat untuk mempersiapkan diri untuk esok. Itu-itu saja. Oiya, aku bahkan terlalu lelah untuk sekedar jalan sore disekitar kompleks.
Apakah ini, syndrom yang harus dilalui tiap orang menuju kedewasaan yang maksimal. Apakah harus menjalani kehidupan yang flat sejenak sebelum benar-benar menikmati hidup?
Tapi,
aku melihat orang -orang sekelilingku baik-baik saja. Atau aku yang kurang bersyukur?
Lalu harus bagaimana...?
akhirnya harus aku akui bahwa.. hidupku setahun belakangan ini menjadi sangat FLAT. Flat karena aku menganggap sebenarnya banyak hal yang sudah aku lakukan,dari pagi ke siang hingga malam, dari Senin hingga Jumat, (bahkan Sabtu pun). Kerja.. yup.
Pekerjaanku membuatku kadang harus melupakan bahwa sudah berminggu-minggu tidak melihat orangtuaku, setahun belakangan tidak berminat untuk ngeblog atau sekedar membaca buku, 6 bulan terakhir tidak go shopping grab some new shoes (TETEP!!), melupakan hobby lama yakni Crafting, sudah tidak pernah travelling, melupakan anak-anak Sekolah Mingguku dan yaa... bener-bener tidak ada waktu untuk sekedar jalan-jalan sore atau memasak makanan kesukaan si abang.. Ahh bagian ini tidak termaafkan.
Dan ya,
Aku seperti terlalu banyak bekerja, terlalu banyak berpikir, terlalu banyak menghabiskan waktu tanpa menyadari bahwa aku sebenarnya juga tidak sama sekali telah melakukan banyak hal. Aku bangun pagi menyiapkan diri bekerja sampai larut dan pulang ke rumah, makan dan istirahat untuk mempersiapkan diri untuk esok. Itu-itu saja. Oiya, aku bahkan terlalu lelah untuk sekedar jalan sore disekitar kompleks.
Apakah ini, syndrom yang harus dilalui tiap orang menuju kedewasaan yang maksimal. Apakah harus menjalani kehidupan yang flat sejenak sebelum benar-benar menikmati hidup?
Tapi,
aku melihat orang -orang sekelilingku baik-baik saja. Atau aku yang kurang bersyukur?
Lalu harus bagaimana...?
![]() |
Apa yang sebenarnya aku inginkan? |
Minggu, 13 Juli 2014
Tentang Hidupku, Baru- baru ini
Sudah lama tidak menulis, dan ya
aku kangen sekali. Menulis adalah salah satu hal yang mampu “memulihkan” aku.
Setelah menulis, rasanya bebas, tidak stress lagi dan pastinya bikin senang.
Hal dimana aku tidak bisa lagi menulis adalah WAKTU. Yupp, sejak aku kerja di
Bank, keberadaan sang waktu lowong sangat samar. Well, kadang untuk diriku saja
aku tidak bebas, maksudku untuk menikmati hal yang ingin aku lakukan.
Kerja di Bank tidak pernah seenak
yang orang lain pikirkan. Aku kerja di teller, bagian front office Bank Daerah.
Aku mencintai pekerjaanku, tapi untuk
menerima segala sesuatunya tentang pekerjaan ini aku nyatanya masih belum.
Banyak hal yang mesti ku relakan. Terutama WAKTU.
Setiap hari aku harus ready tentu
saja dengan dandan ya.. tepat pukul 08.00 WIB di kantor dan pulang ke rumah
setidak tidaknya pukul 20.00 WIB. Well, sesampai dirumah yang aku pikirkan
hanyalah tidur. Itu saja. Benar benar tidak ada waktu untuk menulis, menonton,
merawat diri apabila kantor disuguhi pekerjaan baru. Kantorku baru baru ini
punya program baru yakni pembagian BSM. Itu dikerjakan semua pegawai, termasuk
aku. Dannn.. kalau benar benar padat, bisa pulang pukul 22.00 ke atas.
Biarpun begitu, tetap saja aku
mencintai pekerjaanku. Dan aku tetap bersyukur. Apalagi karena dengan pekerjaan
ini aku bisa sedikit berbagi beban dengan orangtua masalah biaya kuliah
adek-adekku. Puji Tuhan.
Aku sedikit heran. Di Pulau Nias
pekerjaan seperti yang aku geluti jarang sekali diminati ataupun diapresiasi
oleh siapapun. Terlepas dari resiko dan tekanan kerja, kerja di Bank mampu
membina seseorang untuk lebih disiplin, terorganisir, dan lainnya. Tetap saja Pegawai
Negeri Sipil mendapat tempat nomor satu di pulau ini. pola pikir masyarakat
tentang pekerjaan mewah tersebut hanyalah sebatas PNS dan PNS itu saja. Lain
kali aku akan membahas pola pikir seperti ini dalam tulisan lain.
Selain WAKTU, hal lain yang
terpaksa membuatku tidak bisa serajin dulu yakni JARINGAN INTERNET. Well, I’ve
been a year here dan koneksi nya pun sama seperti pertama aku menginjakkan
kaki. Memprihatinkan. Satu-satunya hal yang membuatku terhubung hanyalah
Samsung Galaxy Young yang kondisinya pun semakin lama semakin buruk. Hah, hidup
di tempat ini sebenarnya menyenangkan asalkan ada koneksi internet yang jauh
lebih memadai mungkin.
Setelah lama berpikir, dan
menyalahkan keadaan.. akhirnya terdampar lah pada satu pemikiran. Kenapa tidak
buat saja tulisan dalam draft biasa kemudian kalau ada koneksi yang bagus baru
di post. Well, DONE! Aku lakukan!
Dan hari ini, aku menemukan hal itu. Nebeng di kantor sang tunangan yang baru terpasang WIFI-nya. Hidup itu asyik bukan?
Nink Telaumbanua
Langganan:
Postingan (Atom)